Wednesday, August 31, 2005

are we ready?

still on the subject "iyank', ada posting di blognya yg mnrt gw sangat, sangat, sangat touching. ini apparently bukan iyank sendiri yg nulis, tp org laen, dan dipost oleh iyank. i took the liberty of copying and pasting the post here. i shed a tear or two wkt baca post ini. dan perkataan2nya bener2 "dalem".


http://iyankonly.blogs.friendster.com/iyanks_blog/


Bandung, Sabtu, 20 Agustus 2005

Pertama kali gua merasa dekat dengan Edo,
lewat tatapan matanya, lewat mimiknya,
ewat sambutannya yang tak terucap, di sela-sela usahanya
untuk bernafas, dia tetap menyambut hangat orang yang menjenguknya.

Entah kenapa, gua langsung menyesal gak mengenalnya dekat selama ini.
Sejak saat itu namanya selalu ada dalam doa gua dan Andy,
kami berdoa untuk kesembuhannya
dan untuk kesempatan untuk bisa lebih dekat.

Jakarta, Kamis, 25 Agustus 2005 malam Iyank telepon bilang kalo
Edo udah gak ada, kita yang di rumah menangis.
Biasanya setiap gua mendengar orang meninggal, gua langsung
berdoa, "Tuhan, terima dia di sisiMu".

Tapi malam itu doa gua "Tuhan,
Tuhan bisa menghidupkan orang mati kan?
Beri kami mujizat, ijinkan Edo hidup lagi"
Itu doa gua, gak tau kenapa. Malam itu dalam perjalanan ke
Bandung gua tetap berdoa agar Edo hidup.

Di Cikampek, Iyank dapet kabar kalo Edo stabil lagi, dia kembali.
Ini pertama kalinya dalam perjalanan akhirnya dia drop.
Sampai Bandung, terlihat sekali Edo berjuang mengatasi sakitnya,
tetap menyambut orang yang datang dengan caranya.

Bandung , Jumat, 26 Agustus 2005 pk.08.00
Edo drop lagi untuk yang kedua kali.
kita yang ada di samping tempat
tidurnya gak henti-hentinya berdoa dan bernyanyi,
tiba-tiba dia stabil lagi,
dan seolah ingin memberitahu semua orang "ini, aku ada"
dengan mencoba membuka matanya.

Jumat siang, Edo dipindahkan ke RS. Barromeus.
Secercah harapan baru karena alat-alatnya lebih canggih
dan jumat sore Edo dioperasi, lehernya
dibolongin untuk membantunya bernafas.

Jumat pk. 17.30 Edo drop lagi untuk ketiga kalinya.
1 jam dokter dan suster berusaha memompa jantungnya.
Kehendak Tuhan terlaksana : “Edo pulang ke rumah Bapa.”

Gua gak tau apa yang harus gua ucapkan,
karena selama 20 jam bergumul
dalam doa sejak kamis malam mendengar Edo
gak ada, doa yang gw ucapkan selalu,
"Tuhan, sembuhkan Edo, beri mujizatMu."
Pertama kalinya dalam hidup gua merasa doa gua dijawab Tuhan
dengan "tidak". Gua marah sama Tuhan.
Kenapa Tuhan gak beri gua kesempatan mengenal
Edo lebih dekat.

Tapi setelah sabtu gua di rumah, gua menangis sambil merenung,
gua temukan jawabnya :
Biasanya setiap gua berdoa gua selalu mengakhiri
permohonan gua dengan
"tapi Tuhan, bukan kehendakku yang terjadi, melainkan kehendakMu."
Tapi sejak gua berdoa untuk Edo, gua gak pernah ucapkan kalimat itu,
gua memaksa Tuhan untuk melaksanakan kehendak gua,
biar Edo sembuh, masih bisa dekat keluarganya dan Iyank,
dan gua bisa mengenal dia. Gua sadar,
ketika kita tidak berserah pada kehendak Tuhan, rasa frustasi
karena gagal menjadi penghancur terbesar dalam hidup kita.

Puji Tuhan, DIA segera menyadarkan gua,
ditambah lagi dengan kesaksian mamanya Edo
yang sama dengan yang gua alami, dan mamanya Edo
terang-terangan meminta ampun
kepada Tuhan karena tidak berserah,
karena memaksakan mujizat datang.

Padahal apa sih mujizat itu? Hanya kesembuhan? Ternyata bukan.
Kelahiran dan kematian ternyata bagian dari mujizat Tuhan. Gua pernah
nonton video kedokteran ttg terjadinya anak, sungguh ajaib, kalo bukan
tangan Tuhan yang bekerja gak akan pernah ada seorang bayi lahir.
Kayak gua dan mbak Budi, sesering apapun kita melakukan usaha, kalau
Tuhan belum bilang "ya" pembuahan gak akan pernah terjadi, walaupun
seluruh teori kedokteran sudah dipakai.

Begitu juga kematian.
Usus, ati, jantung, paru-paru, semua yang ada di dalam tubuh bisa
dikeluarkan dari tubuh manusia, tapi roh, bagaimana cari
mengeluarkannya? Gak ada yang bisa, kecuali Tuhan.
Jadi sebenarnya Tuhan menjawab doa gua ya?
Saat terakhir Edo drop, seluruh teman-teman gerejanya berdoa bergandeng
tangan, karena gua duduknya jauh, gua hanya menggandeng tangan Andy
sambil bernyanyi "curahkanlah kuasaMu Tuhan, mujizat terjadi di tempat
ini, curahkanlah kuasaMu Tuhan, mujizat terjadi sekarang ini".
Tuhan menjawab, mujizat itu terjadi, kesembuhan datang bersama kematian
tubuh. Edo pulang ke rumah Bapa.

Iyank menangis, itu manusiawi. Jangankan dia, gua pun menangis, semua
menangis. Iyank bilang banyak yang keinginan Edo yang belum terwujud.
Gua pun sedih berpikir demikian.
Tapi terus gua inget cerita tentang kematian Musa (Ul.34).
Udah 40 th (bener ya 40 th?) Musa memimpin bangsa Israel menuju tanah
terjanji. Cape-cape dia berjuang mengatasi segala rintangan, tapi apa
dia sampai ke tanah terjanji?
Gak. Ketika sudah hampir sampai, ketika tanah terjanji sudah terlihat dari
jauh, Tuhan bilang "Inilah negeri yang kujanjikan dengan
sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub;
dengan demikian : Kepada keturunanMulah akan kuberikan
negeri ini. Aku mengijinkan engkau melihatnya dengan matamu sendiri,
tetapi engkau tidak akan menyeberang ke sana" (Ul. 34:4)
Dari awal Musa gak tau kalo dia hanya akan sampai di situ, hanya boleh
memandang negeri terjanji itu. Tapi dia gak marah sama Tuhan dengan
bilang "ah Tuhan sih gak bilang, kalo tau cuma sampe sini mah aku gak
mau cape-cape berjuang". Tapi dia menurut kehendak Tuhan.
Musa mati bukan karena sakit, walau umurnya 120th, tapi masih sehat,
masih segar bugar, tapi Tuhan mau dia pulang karena tugasnya sudah
selesai. Sebelum mati Tuhan menuntun Musa untuk memilih penggantinya,
Yosua. Dia tumpangkan tangan ke Yosua sebagai berkat bahwa
Yosua akan menjadi penerusnya.
Gua jadi berpikir, pasti Edo saat itu juga tumpang tangan ke orang yang
belum kita tahu sekarang untuk menggantikan tugasnya menjaga mamanya,
menjaga ka ute, menjaga mazda, menjaga iyank, calon suami ka ute, calon
suami mazda (mungkin icong), dan calon suami iyank.
Kita aja yang belum bisa melihatnya sekarang.

Tugas Musa selesai sampai di gerbang kota terjanji. Mungkin secara
manusiawi kita bilang, "kasihan amat, cape-cape berjuang gak boleh ikut
masuk" Tapi itulah orang-orang yang upahnya besar di surga. Dia rela
mengesampingkan keinginan duniawinya yang mungkin masih banyak, untuk
menanggapi panggilan Allah, "pulang ke KerajaanNya", karena di
sana pasti lebih indah dari keinginan-keinginan kita di dunia.

Gak cuma panggilan untuk pulang aja sebenarnya, keinginan ketika kita
masih hidup juga, kalo kita berani mengesampingkan keinginan kita untuk
menyenangkan hati Tuhan, pasti upah kita besar di surga nantinya.

Bapak juga sempet bilang, "kasihan, masih muda udah gak ada". Gua
pikir-pikir, bukannya yang kasihan kita? Edo umur 29th sudah selesai
mengerjakan semua PR yang Tuhan beri. Sedangkan kita, PR kita masih
teramat banyak, mungkin kita yang kasihan, karena bebal, gak selesai-
selesai mengerjakan PR dari Tuhan.

Minggu lalu ketika Edo tersenyum dibalik masker oksigennya, tiba-tiba
dia mengisi hati gua dengan sebuah kebaikan. Gua sadar, gua sering gak
ramah sama orang, Tapi setelah hari itu, gua mau mencoba
ramah sama siapa pun. Ketika gua bertemu dengan orang
yang biasanya gua enggan untuk bertegur sapa,
mulai saat itu, gua tegur dengan rapah (dan tulus juga lho, gak basa-basi).
Dan gua merasa Tuhan Yesus dan edo di sana bilang
"ya, begitu nda, bagus."

Edo tuh bener-bener kaya para nabi, seperti Musa dan juga Ayub yang
sakit tapi ketika dibujuk untuk meninggalkan Tuhan di gak mau, dia tetap
setia pada Tuhan ditengah sakitnya (Ayub 2:1-10)

Kata Andy, kepergian Edo bener-bener jadi pelajaran berharga bagi kita.
Siap gak kita seperti Edo saat nanti Tuhan memanggil kita.
Edo pergi bener-bener siap. 3 minggu di rumah sakit, pasti menjadikan
dia lebih dekat dengan keluarga dan Tuhan.
Dia bener-bener sudah berdamai dengan
keluarga dan Tuhan ketika berangkat ke surga.
Siap gak kita kayak dia, kalau-kalau kita secara mendadak dipanggil?

Melihat saat-saat terakhir hidup Edo, gua seperti melihat perjalanan
salib Tuhan Yesus. Ditengah kesakitannya dia tetap sadar. Baru kali ini
gua melihat orang separah Edo tapi tetap sadar dan pikirannya tetap
sehat, terus mendekati saatnya dia bilang "aku haus"
Sebelum pergi pun dia drop 3 kali.
Akhirnya dia pulang, diusia muda, sama seperti Tuhan (muda Edo 4 th).
Hari dia pulang itu hari Jumat, sama seperti kepergian Tuhan.
Dikuburkan hari Minggu, saat yang sama juga dengan kebangkitan Tuhan.
Dan gua percaya saat jasadnya tertanam, rohnya diangkat Tuhan ke surga.

Dan saat penguburannya indah banget, Roh Kudus datang dalam rupa angin
pada moment-moment tertentu upacara pemakamannya.

Kepergian edo juga mengingatkan gua bahwa bila umur gua lebih panjang,
gua akan kehilangan 10 org yang gua kasihi, Andy, bapak, ibu, mbak
anjar, mbak budi, iyank, bang Janri, mas edi, ryssa, ryan.
Edo mempersiapkan gua untuk itu.

Saat gua atau kalian mati pun, apakah nanti kita sudah punya cukup
waktu bersama?

Gua selalu ingin dekat sama kalian semua. Gua ingin kita menjadi lebih
baik, biar Tuhan Yesus dan Edo di sana tersenyum dan bilang "ya, bagus,
begitu terus, berjuang terus agar kita semua berkumpul kembali di
kerajaan Allah"

Gua sayang kalian semua.
Terima kasih Malaikat Edo.

Posted by 'Iyank' JustAGirl

No comments: